SD Muhammadiyah Program Khusus-SORTIR: Sejarah

WELCOME@SD Muhammadiyah Program Khusus Kotabarat

Photobucket

Sejarah

Sejarah SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta*

Perkembangan masyarakat, pemikiran dan gerakan, tidaklah muncul pada satu patokan waktu, melainkan mengandung proses awal atau akhir yang menyebar dalam jarak waktu yang relatif panjang. Oleh karena itu, dapat dipahami ketika tiba pada penentuan kapan (hari dan tanggal) kelahiran SD Muhammadiyah PK Kottabarat mengalami sedikit kesulitan. Apakah saat pertama kali menerima siswa baru (bulan Juni), atau ketika awal masuk sekolah (bulan Juli). Akhirnya diputuskan bahwa 18 Pebruari 2000 adalah tonggak awal berdirinya SD Muhammadiyah PK. Mengacu pada pengentalan langkah para pendiri untuk membuka Program Khusus di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo. Penentuan tanggal 18 Pebruari sebagai Milad sangat strategis, sebab kegiatan peringatan sekaligus dapat dijadikan ajang pemanasan menyambut Penerimaan Siswa Baru (PSB).

Rentang delapan tahun (satu windu) bukan waktu singkat: telah meluluskan dua angkatan, terjadi banyak perubahan formasi guru dan kepala sekolah, dan mengukir sejumlah prestasi. Tentu saja secara emosional telah diwarnai canda-tawa, suka-duka, tangis bahagia-kesedihan semuanya berpadu membentuk suasana semakin hidup dan bermakna. Namun demikian, untuk membangun lembaga pendidikan yang handal dan berwibawa waktu delapan tahun masih terlalu singkat. Sedikitnya diperlukan satu generasi, sekitar lima puluh tahun, untuk melahirkan lembaga pendidikan yang benar-benar berkualitas.

Mengacu pada delapan tahun perjalanan SD Muhammadiyah PK, sedikitnya ada tiga tahap perkembangan yang telah dan akan dilalui dalam waktu dekat, yaitu tahap perintisan (‘00-‘04), tahap tansisional (‘04-‘08), dan tahap pengembangan (‘08-‘12). Periodisasi tersebut berdasarkan tantangan-tantangan yang mengemuka dan responsi yang dilakukan sekolah untuk menjawab tantangan itu. Dialektika atau persilangan tantangan dan jawaban itulah yang menjadikan gugusan permasalahan untuk setiap periode berbeda-beda. Alur uraian selanjutnya akan diberangkatkan dari titik ini.

Tulisan ini merupakan hasil refleksi (pengungkapan kembali) atas apa yang dilakukan kami selama empat tahun terakhir. Suatu refleksi jelas sangat kental dengan nilai-nilai subjektivitas. Sedangkan informasi pada empat tahun pertama berdasarkan wawancara intensif dengan Muhtadi sebagai kepala sekolah pertama. Wawancara dilakukan pada tanggal 1 Januari 2007 di rumahnya untuk keperluan riset tentang Transformasi Pendidikan Islam di Surakarta yang dilakukan oleh Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta (PSB-PS UMS)

Perintis

Generasi perintis adalah mereka yang merumuskan ide-ide inovasi pendidikan dan mewujudkannya dalam format kelembagaan. Dalam rumah Muhammadiyah, biasanya ada tiga elemen penting yang bergerak, yaitu pihak sekolah, majelis Dikdasmen, dan warga (tokoh) Muhammadiyah. Ada tiga tokoh utama sebagai perintis kelahiran SD Muhammadiyah PK, yaitu Muhtadi (Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan saat itu) merupakan pionir sekaligus artikulator di lapangan, Moch. Sholeh Y.A.Ichrom, Ph.D. (pakar pendidikan UNS) sebagai perumus dan pemasok gagasan, Drs. Ahmad Dahlan Rais, M. Hum. dan Tridjono (ketua dan sekretaris Majelis Dikdasmen Solo) yang mendorong sekaligus pembuka pintu pembaruan sehingga Muhammadiyah mau menerima gagasan baru itu. Perlu ditambahkan, pada saat bersamaan di Kottabarat muncul prakarsa merintis sekolah unggul yang dipelopori Drs. Marpuji Ali (Ketua Takmir Masjid Kottabarat) dengan membangun gedung sekolah terlebih dahulu.

Di Kottabarat sudah ada SD Muhammadiyah 9 Surakarta yang berdiri tahun 1968, tetapi tidak bisa berkembang sebagaimana yang diharapakan. Meskipun termasuk sekolah tua di Solo, muridnya semakin menyusut dan animo masyarakat untuk bersekolah di situ menurun drastis. Pada dekade 1980-an memang pernah mengalami kemajuan, memasuki tahun 1990-an mulai terjadi penurunan kualitas pendidikan. Melihat kondisi demikian, Takmir Masjid Kottabarat mengambil prakarsa untuk mentransformasikan SD Muhammadiyah 9 menjadi sekolah unggul, bermutu, dan berdaya saing. Pada tahun 2002 terjadi deal antara Takmir Masjid Kottabarat dengan Majelis Dikdasmen PDM Surakarta, masing-masing diwakili Marpuji Ali dan Dahlan Rais yang sama-sama Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Jawa Tengah. Isi kesepakatan itu adalah: ”SD Muhammadiyah Program Khusus yang berada di SD Muhammadiyah 1 Ketelan pada awal tahun ajaran baru 2003/2004 akan menempati kampus baru di Kottabarat”.

Setelah satu periode memimpin SD Muhammadiyah 1 Ketelan (1994-1998) dan memasuki periode kedua masa kepemimpinan (1999-2003), Muhtadi mengalami kegelisahan. Usahanya untuk menjadikan SD Muhammadiyah 1 Ketelan sebagai sekolah unggul tidak berjalan mulus. Cukup banyak rintangan yang menghambat gerak laju pembaruan. Rintangan yang paling besar adalah sikap kemapanan sehingga sangat sulit untuk merubah sikap itu, ditambah banyaknya guru-guru DPK yang seusia dengannya. Dalam situasi demikian, muncul gagasan untuk merintis sekolah baru yang lahir dari rahim SD Muhammadiyah 1 Ketelan. Gagasan itu terus digulirkan di kalangan warga sekolah, pimpinan dan tokoh Muhammadiyah, pakar pendidikan, dan komunitas pendidikan di Surakarta. Awal tahun 2000-an gagasan itu telah mengkristal, dan langkah awal yang dilakukan adalah mengirim calon guru untuk mengikuti kursus pendidikan di Yogyakarta selama 4 bulan. Pada tahun ajaran 2000/2001 SD Muhammadiyah PK mulai membuka pendaftaran siswa baru.

Selama tiga tahun tinggal satu atap di SD Muhammadiyah 1 Ketelan, layaknya keluarga baru yang belum mampu berdiri sendiri, maka ikut nimbrung keluarga besar. Seorang nahkoda dalam satu kapal mengelola dan ngayahi dua bahtera yang berlainan, memiliki kebutuhan yang berbeda pula. Hampir setiap usaha perintisan mengalami banyak tantangan, tidak terkecuali para perintis SD Muhammadiyah PK ini. Di satu sisi ada tuntutan untuk membangun kepercayaan masyarakat melalui serangkaian improvisasi, di sebelah lain harus mentaati aturan rumah besar yang sudah syarat pengalaman dan kaya dengan tradisi. Dalam masa ini telah dimulai usaha-usaha untuk mewujudkan pola-pola kekhususan sebagai karakter kekhususan sekolah.

Ada tiga usaha rintisan pembaruan yang dilakukan. Pertama, mendidik dan menumbuh-kembangkan anak sesuai dengan potensi yang dimiliki. Caranya, dengan membatasi jumlah anak tiap kelas (30 anak) dan menyediakan 2 guru untuk setiap kelasnya. Kedua, membuka jendela pengetahuan anak dengan pengalaman konkret melalui program PPL (Praktek Pembelajan Lapangan). Dengan PPL, konsep tentang bank, pasar, binatang, dan lain-lain benar-benar konkret dan bisa dialami langsung oleh anak. Ketiga, mendidikkan pembiasaan baik kepada anak-anak sejak dini dalam aspek ibadah dan akhlak.

Setelah tiga tahun belajar dan ”disusui” oleh SD Muhammadiyah 1 Ketelan, tiba saatnya untuk hidup mandiri, mengelola rumah tangga sendiri. Banyak pelajaran berharga dari persentuhan dengan sekolah yang telah memiliki tradisi pendidikan yang kokoh. Manfaat itu di antaranya adalah budaya sekolah yang dinamis dan maju, memanfaatkan liburan untuk pengembangan guru, tata administrasi sekolah yang rapi, dan mekanisme pengaturan tenaga kependidikan yang solid. Praktek pendidikan seperti itu jelas sangat bermanfaat bagi sekolah baru yang masih dalam proses mencari bentuk. Interaksi dan persentuhan kedua warga sekolah tersebut, sesedikit apapun jelas terjadi proses internalisasi nilai-nilai budaya.

Masa Transisi
Tinggal satu atap di rumah orang lain (bukan rumah sendiri), meskipun si punya rumah sangat baik dan bijak, dorongan untuk hidup mandiri tetap lebih kencang. Tidak terkecuali situasi yang dialami SD Muhammadiyah PK, dengan kemampuan yang dimiliki memberanikan diri untuk latihan hidup mandiri dan memancangkan bendera sendiri.
Masa transisi terasa begitu bernuansa dan diwarnai riak-riak kecil yang cukup melelahkan. Hal itu terjadi karena proses transisi sepertinya tidak dipersiapkan secara matang, dan atau ada ketidakkompakan di antara pengambil kebijakan. Situasi ini pada urutannya berpengaruh terhadap kenyamanan warga sekolah (guru-murid) dan orang tua siswa.
Proses transisi dimulai akhir 2002 saat terjadi pergantian kepala sekolah, Muhtadi yang merupakan angkatan perintis memasuki usia pensiun. Kedudukannya kemudian digantikan oleh Muji Rahayu, sebelumnya guru di SD Muhammadiyah 2 Kauman. Juni 2003 terjadi perubahan yang mendasar, serah terima jabatan kepala sekolah dari Muji Rahayu kepada saya (baca: Mohamad Ali) dilanjutkan dengan perpindahan gedung dari SD Muhammadiyah 1 Ketelan ke kampus baru di Kottabarat.
Proses perpindahan tidak berjalan mulus. Ada sekitar 6 anak yang sudah merasa betah dengan suasana di Ketelan sehingga tidak mau ikut ke Kottabarat, bahkan ada 4 anak yang menyusulnya. Situasi awal di Kottabarat benar-benar penuh tantangan, ketidakpercayaan orang tua terhadap sekolah memuncak. Ancaman eksodus besar-besaran berkali-kali dilontarkan. Secara psikologis, perpindahan itu membuat mereka kehilangan arah dan pegangan. Saat itu, bahkan hingga saat ini, SD Muhammadiyah 1 Ketelan adalah yang terbaik untuk ukuran SD Muhammadiyah di Surakarta. Begitu banyak tokoh yang lahir dari rahim sekolah ini; Amien Rais, Siti Fadilah Supari, untuk menyebut dua nama yang cukup ternama. Ketika mereka memasuki Kottabarat, seperti terlempar dalam belantara yang belum diketahui ujung pangkalnnya. SD Muhammadiyah 1 sudah memiliki nama besar, sedangkan SD Muhammadiyah PK di Kottabarat nyaris belum terdengar namanya.
Kehadiranku (baca: Mohamad Ali) menambah ketidakpuasan. Orang baru, dan tidak dikenal kiprahnya. Ada sebuah kisah yang sangat mengesankan. Pada awal-awal di Kottabarat, datang sejumlah orang tua yang merasa mewakili suara keseluruhan. Setelah basa-basi, dan diskusi secukupnya mereka menanyakan apa visi saya untuk pengembangan sekolah?. Waktu itu, tidak banyak jawaban yang disampaikan, secara singkat saya katakan: ”jika kondisi perkembangan anak tidak lebih baik tinimbang saat di Ketelan, maka akan mengundurkan diri”. Lalu saya tambahkan: ”benar bahwa SD Muhammadiyah 1 Ketelan telah mengukir sejarah gemilang, tetapi SD Muhammadiyah PK Kottabarat sedang merintis jalan sejarah yang jauh lebih gemilang di masa depan yang tidak terlalu jauh”.
Gelombang pasang yang menghantam sekolah, disikapi dengan wajar seraya mengkonsolidasikan kekuatan internal dan eksternal. Penyatuan langkah secara internal dilakukan dengan cara menyatukan visi bersama. Secara eksternal selalu berkoordinasi dengan Marpuji Ali (Takmir Masjid Kottabarat/Ketua Komite Sekolah) terkait percepatan pembangunan gedung, dan pengembangan akademik/kurikulum dengan Prof. Moch. Sholeh Y.A.Ichrom, Ph.D. serta penataan administrasi sekolah dengan Majelis Dikdasmen PDM Surakarta.

Dalam masa transisi ini, tetap berusaha mempertahankan dimensi kekhususan yang telah diletakkan oleh generasi perintis sembari terus mengembangkan sisi-sisi keunggulan yang lain. Karya terpenting adalah peluncuran Kurikulum Sekolah Syariah pada 11 Juni 2005 disusul dengan Buku Teks Sains Syariah 1 dan terbentuknya PRPIKS (Pusat Riset Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Syariah) yang diluncurkan pada 10 Februari 2007. Penting, karena mendahului zamannya. Sebelum orang bicara KTSP, SD Muhammadiyah PK telah memiliki identitas kurikulum tersendiri. Dan, ketika SD lain belum bermimpi tentang lembaga riset, SD Muhammadiyah PK sudah mendayagunakan seoptimal mungkin untuk memajukan sekolah.

PRPIKS dirancang untuk meneruskan pengembangan riset pendidikan. Generasi lama pusat riset pendidikan selalu di perguruan tinggi. Kemudian berubah menjadi kerjasama perguruan tinggi dan sekolah. Diharapkan PRPIKS akan menjadi embrio bagi model pengembangan pusat riset di sekolah di masa datang. PRPIKS insya Allah dirancang untuk meningkatkan kualitas pengembangan dan implementasi Kurikulum Syariah dalam rangka mendapatkan harmoni penjelasan tentang alam semesta sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. secara lebih komprehensif dan rinci baik melalui pendekatan qauliyah maupun kauniyah.

Tambahan, dalam rentang satu windu ini keberadaan SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta semakin kokoh. Tentu saja ini ditempa oleh serangkaian permasalahan yang muncul selama satu periode yang kritis. Sistem pendidikan dan budaya sekolah semakin mantap. Stakeholder dan komunitas pendidikan mulai melirik perkembangan di sini. Hal ini nampak dari jumlah pendaftar siswa baru yang semakin tahun terus bertambah, dan bisa dilihat dari animo masyarakat pendidik untuk berkunjung ke sekolah ini. Tentu saja, ”kerberhasilan” ini baru langkah awal yang menuntut pengembangan dan penyempurnaan lebih lanjut dalam periode yang akan datang.



Pengembang

Angkatan perintis dan masa transisi ditandai perubahan besar yang menghentak. Pergeseran kepada periode pengembang berjalan sejuk, dan sejauh ini belum ada gejolak yang berarti. Tugas pengembang adalah melihat kembali ke belakang perjalanan sekolah dengan perspektif visioner dan pandangan jauh ke depan. Dari sini bisa dimulai usaha inovasi yang memang berangkat dari kebutuhan sekolah. Yang perlu dijawab adalah, apa yang perlu dilakukan untuk terus meningkatkan tata kelola sekolah dan layanan pendidikannya.

Kurikulum Syariah, Sains Syariah, dan PRPKS harus diberi ruang yang lebih luas untuk tumbuh. Kemampuan guru terus diasah, terutama stimulasi yang mendorongnya mampu berpikir dan melakukan improvisasi secara mandiri. Kedudukan tenaga kependidikan memang penting. Sebab sekolah yang unggul pada dasarnya bukan terletak pada gedungnya yang mewah, tetapi karena guru-gurunya yang penuh dedikasi, kreatif, mengajar dengan seluruh jiwanya, dan mampu melakukan penelitian tindakan kelas. Kesejahteraan guru menjadi salah satu jalan untuk menuju ke arah situ.

Di awal gerbang menuju periode pengembangan ada sedikit inovasi. Mengubah jam belajar menjadi lebih awal (6.30 s/d 14.30). Usaha sosialisasi dan penjelasan sedang terus digalakkan sehingga seluruh warga sekolah mau menerima perubahan. Perubahan ini setelah mempertimbangkan sisi manfaat dan mudharatnya secara cermat. Sistem penerimaan siswa baru juga mengalami sedikit perubahan untuk menyempurnakan sistem terdahulu. Menjadi lebih sederhana, dipertajam instrumennya. Perubahan-perubahan ini adalah pemanasan sebelum memasuki periode pengembang.


Updated : 03/2010
 

SD Muhammadiyah Program Khusus-SORTIR Copyright © 2009 Community is Designed by Hend's